Peron stasiun merupakan bagian dari stasiun kereta api. Hampir semua stasiun untuk transportasi kereta api memiliki beberapa bentuk peron, dengan stasiun yang lebih besar memiliki banyak peron. Secara teknis, istilah peron sesungguhnya merujuk ke bagian fisik kawasan yang berkelanjutan dan mendatar. Jadi suatu stasiun memungkinkan memiliki lebih dari 1 peron.
Bentuk dasar dari peron terdiri dari sebuah daerah pelataran yang biasanya menghasilkan perbedaan yang besar cukup tinggi antara peron dan lantai kereta/jalan rel. Peron yang lebih tradisional sering lebih rendah dari lantai kereta, meskipun peron idealnya harus pada tingkat yang sama dengan lantai kereta. Kadang-kadang peron berada pada tingkat yang lebih tinggi daripada lantai kereta. Ini mungkin terjadi ketika sebuah stasiun dibangun dengan tingkat lantai tinggi namun jugamelayani kereta dengan tingkat lantai yang lebih rendah.
FUNGSI PERON
Fungsi dari peron itu sendiri adalah sebagai tempat naik-turun para penumpang di stasiun dan juga dapat dijadika tempat tunggu sebelum kereta sampai, jadi dapat disimpulakan peron adalah lantai pelataran tempat para penumpang naik-turun sekaligus tempat tunggu,serta tempat jalur rel melintas di stasiun.
Namun di lain sisi dan fungsi berdasarkan jenis muatan kereta, peron dapat difungsikan sebagai tempat untuk bongkar muat barang dari mobil/kapal ke kereta ataupun sebaliknya.
KONSTRUKSI LANTAI PERON
Sekarang ada dua macam konstruksi lantai peron, yaitu peron yang dibuat sebelum Perang Dunia II yang umumnya dengan lantai rendah, sedangkan bentuk kedua adalah peron yang dibangun setelah Proklamasi umumnya dengan lantai modifikasi yang ditinggikan. Dewasa in pada stasiun besar umumnya ada dua macam lantai peron, yang asli berlantai rendah dan yang telah disesuaikan dengan lantai tinggi. Memang pada waktu itu belum ada pemikiran peron tinggi yang memudahkan para penumpang naik-turun kereta.
a) Peron Lama atau Peron Rendah (sebelum Perang Dunia II)
Kereta buatan sebelum tahun 1920 umumnya mempunyai tangga untuk turun ke bawah. Sedangkan kereta buatan sebelum tahun 1941 mempunyai tangga di dalam. Karena pada umumnya stasiun didirikan sebelum Perang Dunia II, maka lantai peron sama dengan lantai stasiun. Akibatnya para penumpang akan sulit turun-naik dari peron lama yang rendah, sedangkan kereta yang beroperasi kini pada umumnya dibuat setelah tahun 1965 yang berlantai dengan tangga yang tinggi.Pada peron lama, para penumpang dengan leluasa menyeberang dan melintas jalur rel, dan hal ini sangat berbahaya sekali bahwa para penumpang menjadi berbaur dengan kereta api.
b) Peron baru atau peron tinggi (setelah proklamasi)
Sebagian dari peron lama kemudian dilakukan penyesuaian tinggi dengan kereta yang baru. Akibatnya terlihat ada dua ketinggian peron dewasa ini di stasiun besar, hal ini karena PT KAI ingin memberi pelayanan yang baik. Pada umumnya peron tinggi dimaksudkan untuk melayani para penumpang kelas Bisnis dan Eksekuif. Sebagai contoh, Stasiun Lempuyangan (Yogyakarta) atau Jebres (Solo) yang melayani kelas ekonomi tidak terdapat lantai tinggi. Namun di stasiun Tugu (Yogyakarta atau Solobalapan terlihat ada dua macam lantai yang tinggi (modikasi) dan lantai rendah (asli). Karena Stasiun Madiun misalnya melayani semua kelas, maka di sini terdapat 2 macam tinggi lantai peron. Pada stasiun antara Bogor dan Jakarta, yang umumnya dibangun belakang ini sudah mempunyai lantai peron tinggi. Stasiun Tanah Abang dibangun di atas jalur rel, sehingga penumpang kalau mau menyeberang jalur rel harus lewat lobi stasiun.
0 komentar:
Posting Komentar